Racah Mampulang : Mengembalikan yang Hilang Memelihara yang Terlupakan

Pertunjukan Seni Budaya di Pasar Budaya Racah Mampulang, Balangan

BALANGAN – Kedua tangan keriput Damanhuri (64 tahun) berayun penuh jiwa. Kadang cepat, lalu melambat, menciptakan irama yang mengalir dari tabuhan Babunnya. Suara tinggi melengking berpadu dengan nada sendu, mengundang kenangan masa silam.

Di Pasar Budaya Racah Mampulang, lantunan musik tradisional itu bukan sekadar hiburan, ia adalah simbol kebangkitan budaya Banjar yang sempat terlupakan.

“Dengan adanya Racah Mampulang inilah aktivitas seni budaya tempo dulu kembali bisa eksis, keberadaannya mengembalikan yang hilang dan menjaganya dari lupa yang berkepanjangan,” ujar Damanhuri dengan mata berbinar, menggenggam erat instrumen yang telah menemaninya puluhan tahun.

Lewat tabuhan Babunnya, Damanhuri bukan hanya menjadi penabuh dalam sebuah pertunjukan Wayang Gong Banjar, namun menjadi komposer yang menciptakan karya musik. Ia memandu jalan cerita, mengatur tempo dialog, dan memberi dinamika di dalamnya, seperti seorang dirigen yang menjadi otak dan navigator dalam orkestra kehidupan.

Wayang Gong Banjar, pertunjukan yang pernah menjadi primadona di masa silam, nyaris punah ditelan zaman. Gempuran budaya luar dan pesatnya kemajuan teknologi membuat kesenian ini terpinggirkan, hanya tersisa dalam memori segelintir orang.

Bagi Damanhuri, Racah Mampulang bukan sekadar panggung pertunjukan, ia lebih dari tempat wisata atau wadah pentas.

“Keberadaannya telah mengembalikan sebuah budaya dan tradisi yang memberikan rasa kebanggaan dan jati diri, serta menjadi akar yang menautkan kehidupan di antara sesama,” ungkapnya dengan penuh penghayatan.

Di balik kebangkitan ini, ada sosok Sahridin, Kepala Desa Balida, yang memiliki visi mengubah potensi lokal menjadi kekuatan ekonomi tanpa meninggalkan akar budaya.

Pasar budaya Racah Mampulang yang diresmikan pada 21 Januari 2020 ini merupakan salah satu unit usaha BUMDES yang dirancang khusus untuk mengangkat martabat masyarakat Banjar.

“Pembangunan Pasar Budaya Racah Mampulang memiliki tujuan yang komprehensif, mencakup aspek ekonomi, sosial, dan budaya,” jelas Sahridin.

Namun mimpi itu butuh fondasi kokoh. PT Adaro Indonesia melalui program Corporate Social Responsibility (CSR) “Desa Mamanda” (Desa Mandiri dan Berdaya) hadir sebagai mitra strategis.

Sejak 2018, program ini fokus meningkatkan partisipasi masyarakat sesuai potensi desa dan memperkuat peran BUMDES sebagai motor penggerak ekonomi lokal.

Dana sebesar Rp225 juta dialirkan untuk pembangunan dan pengembangan Pasar Budaya Racah Mampulang. Tetapi komitmen Adaro tak berhenti di sana, pembinaan Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis), pembangunan infrastruktur, hingga pengembangan kapasitas masyarakat terus dilakukan untuk memastikan keberlanjutan.

“Keberhasilan Racah Mampulang tentu atas dukungan dari PT Adaro Indonesia. Melalui program CSR-nya lah pondasi kokoh Racah Mampulang dibangun hingga bisa berdiri dan terus berkembang hingga sekarang,” ungkap Sahridin dengan penuh apresiasi.

Eksternal Relation Division Head PT Adaro Indonesia, Rinaldo Kurniawan, menegaskan bahwa tujuan utama program CSR perusahaan adalah memberikan manfaat nyata bagi masyarakat sekitar operasional.

Melalui program unggulan “Adaro Ignites Change for Sustainability Development” (Adaro Nyalakan Perubahan untuk Pembangunan Berkelanjutan), Adaro berkomitmen menerapkan tata kelola CSR yang melampaui sekadar kepatuhan regulasi.
Desa Balida dipilih bukan tanpa alasan. Potensi budaya yang kuat dan masyarakat yang aktif melestarikan tradisi Banjar menjadi modal utama.

Dengan dukungan Adaro, potensi itu bertransformasi menjadi destinasi wisata yang memberikan dampak ekonomi sekaligus menjaga warisan leluhur.

Racah Mampulang menawarkan pengalaman unik, konsep pasar tradisional yang berpadu dengan sawah, menciptakan atmosfer autentik kehidupan masyarakat Banjar. Di sini, pengunjung tak hanya berbelanja atau menikmati pemandangan, tetapi merasakan kehidupan budaya yang masih berdenyut.

Kombinasi antara pelestarian budaya, pemberdayaan ekonomi masyarakat, dan inovasi konsep wisata menjadikan tempat ini destinasi yang bermakna. Setiap sudutnya bercerita, dari gerai-gerai menjajakan jajanan lokal, hingga panggung tempat Damanhuri dan seniman lain menghidupkan kembali Seni Budaya Banjar.

Program Desa Mamanda PT Adaro Indonesia menunjukkan bahwa CSR yang dirancang dengan baik, melibatkan partisipasi masyarakat, dan fokus pada potensi lokal dapat menciptakan dampak jangka panjang.

Pasar Budaya Racah Mampulang menjadi bukti nyata bagaimana kolaborasi antara perusahaan, pemerintah desa, dan masyarakat dapat menghasilkan model pengembangan wisata berbasis budaya yang sukses dan inspiratif.

Saat tabuhan Babun Damanhuri kembali bergema di tengah hiruk-pikuk kehidupan, ia bukan hanya mengiringi pertunjukan Wayang Gong Banjar. Ia menjadi saksi bahwa tradisi tak harus tenggelam dalam arus modernitas. Dengan kepedulian dan kolaborasi yang tepat, yang hilang bisa dikembalikan, dan yang terlupakan bisa dipelihara, untuk generasi hari ini dan esok.(lokalhits/rls)

Penulis Riza
Editor Riza

Artikel Lainnya

Scroll to Top