BANJARMASIN – Banjir rob saat ini kembali melanda sejumlah kawasan di Banjarmasin. Hal ini diperparah dengan intensitas curah hujan yang cukup tinggi.
Sejumlah ruas jalan pun terendam. Bahkan memasuki kawasan jalan protokol, hingga jalan lingkungan dan pemukiman warga diserbu air.
Adapun ruas jalan yang cukup parah terdampak dari kondisi alam ini tersebar di berbagai wilayah, seperti Jalan Jafri Zam-zam, Jalan Brigjen Hasan Basri dan sejumlah titik lainnya.
Anggota DPRD Kalsel, Dirham Zain menyebut, ada banyak faktor yang menyebabkan banjir, diantaranya perubahan iklim global, alih fungsi lahan, hingga buruknya pengelolaan sistem drainase.
Dirham yang pernah menjabat sebagai Staf Khusus Bidang Politik Gubernur Kalsel di era HM Sjachriel Darham ini menyebut, untuk menangani persoalan banjir harus dilakukan secara komprehensif (menyeluruh).
“Penanganannya tidak cukup hanya dengan perbaikan atau pembangunan infrastruktur namun membutuhkan pendekatan seperti perubahan perilaku masyarakat dalam menjaga lingkungan,” urai Politisi PKB ini, Selasa (17/12/2024).
Oleh karena itu, ucap Anggota Komisi I ini, diperlukan kebijakan strategis dari pemerintah untuk mengatasi persoalan ini agar Kalsel, khususnya Banjarmasin tak jadi langganan banjir di kala peralihan musim saat seperti ini.
Sebelumnya Pemerintah Kota (Pemkot) Banjarmasin telah menetapkan status Siaga Banjir Rob hingga 31 Maret 2025.
Penetapan status ini juga dibarengi dengan Surat Edaran Walikota Banjarmasin, Nomor 100.3.4.3/455-Sekr/BPBD/XI/2024 tentang Kesiapsiagaan Menghadapi cuaca ekstrem dan air pasang rob.
Kepala Pelaksana BPBD Kota Banjarmasin, Husni Thamrin menyebut penetapan ini berdasarkan kajian bencana dari tahun sebelumnya. Baik kajian bencana di Tahun 2022 hingga rencana penanggulangan pada Tahun 2023.
“Banjir rob bukan bencana baru, tapi dampaknya bisa sangat serius jika kita tidak siap. Seluruh kecamatan di Banjarmasin berpotensi terdampak, terutama di wilayah Banjarmasin Barat dan Timur,” ujarnya.
Husni juga mengungkapkan, curah hujan tertinggi pada bulan Desember ini bisa menimbulkan risiko bencana, serupa dengan banjir besar pada Januari 2021 lalu.
“Cuaca ekstrem sejak Oktober memerlukan perhatian serius. Tanpa kesiapsiagaan, kemungkinan banjir besar seperti 2021 bisa terulang,” pungkasnya.(lokalhits)