Perdana, Kalsel Gelar Lomba Balap Jukung Tradisional di Sungai Mantuil

c1 20240107 14530679
Pembukaan lomba balap jukung di Sungai Mantuil, Banjarmasin

BANJARMASIN – Pemprov Kalsel resmi membuka kejuaraan Dayung atau Balap Jukung Tradisional di Bawah Jembatan Bromo yang terletak di Kelurahan Mantuil, Kota Banjarmasin Minggu (7/1/2024).

Antusias peserta mengikuti kejuaraan balap jukung di Banjarmasin cukup tinggi. Hal ini sebagaimana disampaikan Biro Administrasi Pimpinan, Barkatullah yang mewakili gubernur. “Ada 64 peserta yang ikut festival, itu pun sudah dibatasi. Seandainya kita buka lagi makin banyak yang ingin bergabung,” terangnya.

Barkatullah mengatakan lomba ini terbuka untuk umum dan pesertanya berasal dari Banjarmasin hingga ada juga dari Barito Kuala. “Festival ini memperebutkan Piala Paman Birin Cup 2024 dan hadiah jutaan rupiah,” ucapnya.

Lanjutnya, perlombaan tersebut dimainkan dengan sistem gugur dan peserta beradu kecepatan mendayung jukung di aliran Sungai Mantuil dengan jarak yang ditempuh sejauh 400 meter.

Dipilihnya untuk pertama kali lokasi di Sungai Mantuil atau Bawah Jembatan Bromo kata Barkatullah karena memiliki pesona alam yang luar biasa dan daya tarik wisata bagi wisatawan yang berkunjung sekaligus dapat memberikan hiburan bagi masyarakat sekitar bantaran sungai.

“Mungkin kedepan event ini akan kami kembangkan dan diperluas lagi pesertanya sampai ke luar daerah,” katanya.

Sementara itu, Kepala Bidang Pembudayaan Olahraga Dispora Kalsel, Budiono mengatakan kegiatan ini menjadi motivasi khususnya bagi pecinta olahraga dayung untuk semakin giat berlatih.

“Sehingga nantinya dapat melahirkan bibit atlet serta mengembangkan potensi atlet untuk memperkuat Kalsel dalam kejuaraan baik di nasional maupun internasional,” ujarnya.

Tujuan kegiatan ini kata Budi untuk melestarikan budaya masyarakat dan diharapkan dapat diteruskan setiap tahunnya.

Sementara itu, Kasi Pengembangan Olahraga Rekreasi, Tradisional dan Layanan Khusus Dispora Kalsel, Rizal Hamid menambahkan kegiatan ini menjadi wahana untuk lebih memahami, menghargai, dan merayakan pesona perahu tradisional.

Perahu-perahu ini kata Rizal bukan hanya sekedar sarana transportasi, tetapi juga merangkum sejarah, keterampilan, dan kekayaan budaya yang tak ternilai.

Ia juga mengajak untuk bersama-sama dalam kegiatan ini merayakan keelokan serta keunikan perahu-perahu tradisional yang telah menjadi bagian tak terpisahkan dari identitas budaya. “Dan terima kasih kepada semua yang telah berkontribusi dalam menjaga warisan ini tetap hidup,” tutupnya.(lokalhits)

Penulis admin
Editor admin

Artikel Lainnya

Scroll to Top